Berani Hidup Karena Memberi

Seorang lelaki dewasa yang putus asa berdiri di tengah jembatan tinggi yang melintangi sebuah sungai lebar yang deras dan dalam. Dari tempatnya berdiri ia angin malam yang dingin terasa menyengat, tetapi ia sudah bertekad untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai deras dan dalam di bawah kakinya. Hidupnya serasa hancur sudah karena tak seorang wanita pun bisa bertahan lebih dari 2 bulan hidup bersamanya. Tak heran, karena sesungguhnya ia begitu penuntut dan egois serta selalu mau menang sendiri.

Selama hidupnya ia senatiasa bergelimang dengan judi, main perempuan, minuman keras dan pesta. Uang yang diperolehnya didapat dengan memeras, memalak dan menipu. Hidupnya penuh hingar-bingar tanpa pernah peduli kesengsaraan orang lain akibat ulahnya. Dan kini ia sangat terpukul karena tak ada wanita yang mau hidup mendampinginya. Ia putus asa ditengah kesepian karena tak ada teman dan kawan lagi. Semuanya pergi meninggalkannya sejalan dengan bertambahnya usia dan berubahnya waktu.

Ia lalu menghirup dalam-dalam asap rokoknya, isapan terakhir sebelum terjun meninggakan dunia yang tak lagi bersahabat dengannya. Pada saat ia menghembuskan asap terakhirnya itu, lewatlah seorang pengemis dengan gontai dan tampak sangat menderita. "Pak, minta uang pak seribu rupiah saja untuk membeli makan. Saya belum makan dari pagi pak..?? kata pengemis itu penuh harap.

Dalam kamus hidup lelaki yang putus asa itu tak ada kata memberi selama hidupnya. Ia selalu menuntut dan mendesak orang lain yang menuruti keinginannya. Lagi pula uang seribu rupiah berharga buatnya untuk pembeli rokok tau keperluan kecil lainnya. Tapi, kini dalam keptus-asaannya ia tak peduli dan merasa perlu memiliki uang. Dia merogoh sakunya, mengambil dompet lalu berkata, "Ambil dompet ini seisinya, didalamnya ada uang 4oo ribu rupiah".

Pengemis itu menerima dompetnya dengan dengan ragu dan tercengang, "Lho pak, kok semuanya dikasih ke saya?"
"Ambil saja. Aku tak memerlukannya di tempat tujuan saya nanti," kata pria itu sambil melirik ke arah air sungai di bawah mereka.

Pengemis itu terpukau sejenak, lalu berkata dengan tegas, "Saya memang pengemis tetapi saya bukan pengecut! Saya tidak mau menerima uang ini, uang pemberian dari seorang pengecut! Ini bawa saja uangmu ke dalam sungai!" katanya sambil melempar dompet itu ke lantai jembatan dan segera pergi berlalu. Uang-uang itu berserakan dan tertiup angin lalu jatuh ke sungai.

Pria itu menarik nafas dalam-dalam. Tiba-tiba muncul perasaannya agar pengemis itu kembali dan mengambil uangnya. Ia ingin memberi - ingin rasanya berguna dengan memberi - tetapi itupun tidak berhasil. Ada secercah bahagia ketika tadi ia memberikan dompetnya kepada pengemis itu. Dia tidak pernah 'memberi' selama hidupnya, dan tadi ada rasa bahagia saat memberi. Sayang, tidak bisa. Memberi...dan menjadi ..bahagia!

Pria itu memandang air sungai di bawahnya, meludahinya, lalu berbalik melangkah pergi mengikuti jejak sang pengemis.

Bahan: Christoher Notes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar